akhirnya aku terpuruk di pojok taman
tengah kota satu malam
dingin merayapi kulit
serasa ada kabut di mataku
memandang neng neng cantik menjajakan
sepotong cinta
mengaburkan makna
kota kembang lautan api
-ah seperti kotaku juga.
bandung, 1991
Ciater Aku merasaimu
Ciater aku menyatu dengan nadimu
kuyup air hangat
kecipak yang gaib
aku merasaimu
ada dan keberadaanmu
dalam puisi pesona berlirik alam
bermata pariwisata tapi tak berkredo
wahai
penyair Malikinnaas.
Ciater 1991
Cemburu
empat penjuru ruang kamar sepi
seribu bahasa diam tersaji rapi
di sepring hati
kutelan bulatbulat
bagiku ini perjamuan menyakitkan
sepasang pisau tajam tertata rapi
di lentik dua bola matamu
tajamnya siap membelah dada
genderang perang bertalu-talu
iramanya ada dan tiada
ada cemburu di hatimu
tiada di dadaku
belahcabiklah dada ini
pasti tak temukan
ular belang semayam dihatiku
karena memang tiada
: hanya cemburu di matamu , istriku.
Sebuah perjamuan di Semarang, 1992
Anak Penyair
Permen coklat enak rasanya
dijual dimana-mana
aku suka
belikan satu, pak
Sang bapak tercekat
berpikir sejenak
sebentar, nak
tunggu puisi bapak dimuat
Sang anak menatap bapaknya
mengangguk-angguk
bergayut manja di pundak
wajahnya tetap ceria
: padahal puisi bapak
masuk keranjang sampah
redaksi.
Diyan, Nia : maafkan bapak ketika itu (1991)
Embun
Ia lahir bersama lebam malam
menempel di pucukpucuk permukaan daun
air suci bersih cemerlang
sejukkan semesta alam
lalu rela tersaput mentari pagi
ikhlas
hilang sempurna
tak sia-sia
Kawah ratu
Berdiri di bibir kawah ratu
Lembah Tangkuban Perahu suatu siang
aku dikepung dingin
berdiri di bibir kawah ratu
sejelajah mata melepas pandang
menangkap asap putih berlulur belerang
menutup misteri alam dasar kawah ratu
berdiri di bibir kawah ratu
hatiku semakin kental rasanya
mengagumi yang maha berkah
Lembang 1991
Tidak ada komentar:
Posting Komentar